9 Makna riasan pengantin adat Jawa, nggak cuma bikin anggun tapi juga penuh doa dan filosofi hidup

1 Desember 2025 23:30 WIB

Brilio.net - Budaya Jawa dikenal kaya banget akan filosofi dan tradisinya. Dalam setiap upacara pernikahan, semua hal punya makna tersendiri, mulai dari tata cara, busana, sampai riasan pengantin. Riasan adat Jawa bukan cuma sekadar mempercantik wajah, tapi juga punya pesan spiritual yang dalam, penuh doa dan harapan baik untuk kehidupan rumah tangga yang baru dimulai.

Sejak zaman kerajaan, tata rias pengantin adat Jawa sudah dianggap bagian penting dari prosesi pernikahan. Setiap detailnya punya arti — dari bentuk paes di dahi, pilihan warna busana, sampai aksesori seperti cunduk mentul atau centhung yang menghiasi rambut. Semua itu dirancang dengan makna simbolis yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa.

Misalnya, paes melambangkan keteguhan hati dan kesucian batin, sementara warna hitamnya melambangkan ketegasan dan kebijaksanaan. Aksesori seperti bunga melati jadi simbol kesucian dan cinta sejati. Tiap elemen bukan cuma mempercantik, tapi juga mengandung doa agar pengantin bisa menjalani rumah tangga dengan damai, setia, dan penuh kebahagiaan.

Yang menarik, gaya riasan juga bisa menunjukkan asal daerah dan filosofi yang berbeda. Riasan pengantin gaya Solo Putri tampil lembut dan elegan, menggambarkan ketenangan dan keanggunan. Sedangkan gaya Yogyakarta Paes Ageng terlihat lebih tegas dan megah, melambangkan kebesaran dan wibawa. Dua-duanya sama-sama indah dan punya makna mendalam tentang kehidupan dan keharmonisan.

Meski zaman terus berubah, riasan pengantin adat Jawa masih banyak diminati, bahkan di kalangan pasangan muda. Selain karena tampilannya yang anggun, banyak yang ingin pernikahannya punya sentuhan budaya lokal dan sarat nilai tradisi. Kini, banyak perias pengantin memadukan riasan klasik dengan sentuhan modern, biar tetap relevan tapi nggak kehilangan maknanya.

Nah, berikut ini sembilan makna riasan pengantin adat Jawa yang tak hanya sekedar cantik, tapi sarat doa sebagaimana briliobeauty.net rangkum dari berbagai sumber, Senin (1/12).

1. Paes Ageng.

foto: Instagram/@thebridestory

Paes Ageng adalah riasan khas yang melibatkan pengaplikasian hitam pada dahi pengantin wanita. Paes ini berbentuk lengkungan yang melambangkan keanggunan dan kebesaran. Dalam tradisi Yogyakarta, Paes Ageng memiliki lima bentuk utama yang disebut "Gajah Ngoling," "Penitis," "Pengapit," "Godeg," dan "Godheg." Setiap bentuk memiliki makna masing-masing, seperti kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, dan keteguhan hati.

2. Cunduk mentul.

foto: KapanLagi.com

Cunduk mentul merupakan hiasan kepala yang terdiri dari bunga melati yang dirangkai dan ditempatkan di bagian atas kepala pengantin wanita. Makna dari Cunduk Mentul adalah kesucian dan keharuman yang diharapkan mengiringi kehidupan rumah tangga pengantin. Rangkaian bunga melati juga melambangkan kemurnian dan kesetiaan.

3. Kembang tujuh rupa.

foto: KapanLagi.com

Penggunaan kembang tujuh rupa dalam riasan pengantin Jawa merupakan simbol dari keindahan dan keberagaman yang harus ada dalam kehidupan rumah tangga. Bunga-bunga yang digunakan biasanya memiliki aroma yang wangi, melambangkan harapan agar kehidupan rumah tangga selalu harum dengan kebahagiaan.

4. Sanggul atau konde.

foto: Instagram/@mytha_lestari

Sanggul atau konde yang dikenakan oleh pengantin wanita Jawa bukan hanya sekadar hiasan rambut. Sanggul melambangkan kemapanan dan kestabilan rumah tangga yang diharapkan dapat dicapai oleh pengantin. Bentuk dan ukuran sanggul juga bisa bervariasi, namun semuanya memiliki makna untuk menjaga kehormatan dan kerapian seorang wanita.

5. Rangkaian melati.

foto: Liputan6.com

Rangkaian melati yang menghiasi rambut dan busana pengantin wanita Jawa melambangkan kesucian dan keharuman. Melati dikenal sebagai bunga melambangkan kemurnian hati dan kesucian cinta, diharapkan akan menjadi dasar dari kehidupan pernikahan yang dijalani.

6. Alis menjangan rangga.

foto: Instagram/@vuckyshu

Alis pengantin wanita Jawa biasanya dibentuk menyerupai tanduk menjangan (rusa) yang melambangkan kecantikan, keanggunan, dan kebijaksanaan. Bentuk ini juga mencerminkan keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan yang harus dimiliki oleh seorang wanita dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

7. Bindi atau titik merah.

foto: thebridedept.com

Penggunaan bindi atau titik merah di dahi pengantin wanita Jawa memiliki makna spiritual. Bindi dipercaya sebagai tanda perlindungan dan berkah dari yang Maha Kuasa. Hal ini juga melambangkan titik fokus energi spiritual yang diyakini dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan.

8. Dodot.

foto: thebridedept.com

Dodot merupakan kain panjang yang dililitkan di tubuh pengantin wanita sebagai bagian dari busana adat Jawa. Dodot melambangkan kemewahan, martabat, dan status sosial. Penggunaan dodot juga mencerminkan rasa hormat terhadap tradisi dan budaya yang diwariskan oleh leluhur.

9. Hiasan telinga.

foto: KapanLagi.com

Hiasan telinga seperti subang (anting) yang dikenakan pengantin wanita Jawa, melambangkan keindahan dan kemakmuran. Subang yang terbuat dari emas atau perak sering dihiasi dengan permata, mencerminkan kemakmuran yang diharapkan mengiringi kehidupan pengantin.

(brl/psa)